SOLUSI JITU MAHASISWA NGANTUK

Ngantuk? Itu aku banget, hehehe. Gimana ya ngadepin dosen yang bikin BT? Ngantuk? Ngajarnya nggak jelas? Materinya kabur semua? Teman-teman semua pasti pernah ngrasain hal ini. Nggak Cuma pernah tapi bahkan terlalu sering. Perasaan nggak nyaman yang muncul, ternyata punya pengaruh besar dalam proses belajar  selanjutnya. Reaksi awal kita yang terkesan menolak bakalan jadi penghambat ilmu-ilmu masuk. Ahh..tapi dosennya emang nge- bt-in abizz bro!!!! Gimana mau ngerti? OK..OK. Kita akan kupas tuntas....tips-tips ngilangin BT kala dosen nggak nyaman.....

Hmmm...semua berawal dari sudut pandang . Betapa asyiknya kalo rasa BT ini berhasil diganti dengan rasa “SENANG, NYAMAN, & BAHAGIA”. Caranya ubah sudut pandang. Sekali lagi ubah sudut pandang. Kenapa harus diubah? Ya, karena sesuatu hal yang sama jika dilihat dengan cara yang berbeda akan menghasilkan pandangan yang juga beda. Contoh : ada dua orang kamerawan, yang satu fotografer profesional yang satu tukang foto pake HP (Ngaku yang demen narsisss, hehe). Foto-foto yang diambil sama si fotografer itu hidup seolah-olah bernyawa. Kenapa bisa? Karena dia bisa mengambil objek gambar dengan sudut yang pas, pencahayaan yang proporsional dan teknik yang jitu. Kita adalah fotografer kehidupan yang harus selalu bersiap men-jepret gambar setiap waktu. Maka, agar gambar kehidupan yang kita foto itu hidup, siapkan sudut pandang terbaik yang akan kita pilih

Lantas bagaimana memilih sudut pandang? Saya tawarkan salah satunya:
 Ternyata, proses belajar di kelas lebih dari sekadar belajar materi teknis belaka, layaknya : AKM, AKP, MENKEU, dll. Ada sebuah pelajaran lain yang memang tidak ada kontrak hitam di atas putihnya. Tidak ada tanda tangan kesepakatannya. Bahkan kita sendiri yang terlibat dalam proses ini pun mungkin tidak sadar. Tetapi mau tidak mau kita harus melaluinya. Dan tak beda dengan proses belajar di lembaga formal. Di sini, ada juga ujian. Siapa yang berhasil lulus, pastilah dia akan dapat nilai lebih. Dan berhak naik ke level berikutnya.

Belajar masalah apa sih? Belajar masalah “HATI”. Bagaimana kita harus menghargai seseorang yang kita tidak suka. Kalau menghargai dan dengerin orang yang ngomongnya enak, gaya bicaranya asyik, banyak “ice breaker” humornya, neranginnya jelas......itu bukan sesuatu yang sulit, semua orang juga bisa. Beda halnya dengan dengerin seseorang yang memang kurang komunikatif, ngantukin, dan monoton. Nah, sebenarnya disinilah ujiannya. TANTANGANNYA. Yang namanya ujian atau tantangan pasti sulit. Semakin sulit ujian, kualitas lulusannya makin terasah.  Bagaimana dengan kita? Ingin masuk dalam golongan orang-orang yang lulus? Kalau mau, mulailah tantang diri sendiri : Seberapa kualitas saya bisa menghargai orang lain? Kunci kalau mau didenger ya harus belajar dengerin dulu. Kalau mau dihargai ya menghargai dahulu. Bukankah Tuhan menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga ?

Lanjut lagi. Terkadang sadar nggak sadar saya keceplosan ngucap, ”Gimana mau ngerti, dosennya nggak jelas?”
Ungkapan di atas adalah respon kekecewaan yang biasa muncul ketika cara pengajaran dosen tidak sesuai dengan apa yang kita harap. Secara tidak langsung, kita meletakkan keberhasilan pada tangan orang lain. Paham tidaknya ditentukan  dosen. Coba pindahkan kendali itu ke diri kita. Paham atau tidak, tak ditentukan oleh faktor luar seperti dosen, tetapi dipegang sepenuhnya oleh diri sendiri. Kita menahkodai diri sendiri. Emosi tidak mudah tersulut oleh faktor-faktor eksternal.

Lanjut pembahasan awal, tipsnya ubah sudut pandang. Mungkin, dosen yang ngebosenin adalah hal terbaik yang pantas kita dapatkan. Lho kok baik? Kan buat kita nggak paham? Jadi nggak ngerti pelajaran?
Stttt.....Di dunia ini semuanya diciptakan berlawanan. Siang-malam. Panas-dingin. Terang-gelap. Lapar-kenyang. Kaya-miskin. Sulit-mudah. Nyaman-tidak nyaman. Apa maknanya?  Jika dunia ini diciptakan sejuk selalu tanpa pernah panas yang teramat atau dingin yang teramat, kesejukan itu tidak akan menjadi nikmat. Rasanya sungguh biasa saja. Begitu pula, jika dunia ini hanya ada kemudahan tanpa kesulitan. Kita tidak akan pernah tahu betapa nikmatnya keluar dari sebuah kesulitan. Dan ketidaktahuan akan rasa nikmat membuat kita sulit untuk bersyukur.

Bapak xxx yang ngebosenin ngajarnya mungkin memang dikirim agar kita tahu makna menghargai. Agar kita belajar kesabaran. Agar kita tahu betapa nikmatnya diajar dosen yang “Yahuut “ (komunikatif, gamblang penjelasannya) karena ada pembanding dosen yang nggak enak ngajar. Dan mungkin, kita diberi satu kesempatan untuk belajar “menyesuaikan diri”. Kitalah yang harus menyesuaikan dengan cara bapak tadi mengajar. Tuntut diri sendiri dahulu. Kurang pas rasanya jika kita melempar kesalahan pada dosen semata. Dan mungkin, inilah ladang ujian yang sedang kita hadapi.

UJIAN KEHIDUPAN. Allah sedang melihat seberapa tingkat kita menghargai sesama, menghormati guru, dan memuliakan ilmu. Salah satu cara memuliakan ilmu adalah dengan memuliakan guru. Ke-pahaman sendiri datangnya dari Allah bukan dari dosen. Dosen hanya sarana sampainya ilmu ke kita. Kalau kita nggak paham-paham, ya karena Allah belum meng-ilhamkan kepahaman itu. Allah ingin melihat kerja keras hamba-hamba-Nya. Maka mintalah kepahaman hanya pada-Nya.

Sebenarnya semua dosen menghendaki mahasiswanya paham. Mana ada dosen yang pengen muridnya bodo? Namanya manusia, pasti punya kekurangan. mungkin bapak tadi belum nemuin metode yang pas dalam mengajar dan sedang berproses ke arah situ......So, mari kita bersama-sama melangkah ke arah lebih baik. Doakan dosen-dosen kita, hormati beliau, muliakan ilmu, sampaikan masukan dengan cara-cara baik, dan tunggu keberkahan turun menyelimuti kelas kita.:)


“Air itu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Begitu juga ilmu. Kalau sedikit saja ada kesombongan di hati, ilmu sulit masuk. Maka lapangkanlah hati kita, dan bersiaplah  menjadi lautan yang siap menerima curahan air dari  segala penjuru.”

PENGINGAT untuk Diri Sendiri.......Kalimangsa, 28-04-2012

Categories:

Leave a Reply