Me = Unvaluable...........

Dalam salah satu sesi pada acara Seminar Reformasi Birokrasi yang diadakan di kampus STAN, Ahad 29 April 2012, Bapak Teddy Prasetnya, penggagas konsep NLP (Neuro Linguistic Programming) bercerita mengenai pengalamannya bertemu dengan Torey Heyden, seorang wanita berkebangsaan Amerika penulis buku "Beautiful Child". Selain berprofesi menjadi psikolog anak, wanita ini juga mempunyai sekolah yang merawat anak-anak berkebutuhan khusus seperti autis, touret sindrom, fetal alcohol syndrom, dsb....

Begini paparan cerita Pak Teddy:

Ketika itu saya berkesempatan mengunjungi sekolah milik Torey Heyden. Saya heran melihat kesabaran beliau menghadapi anak-anak yang super aneh. Padahal sebagai seorang ayah, saya tahu berhadapan dengan anak-anak itu gampang-gampang susah. Itu anak-anak normal, sedangkanTorey Heyden menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus.

Salah satunya Lori, gadis cilik yang menderita kerusakan otak akibat penyiksaan yang diterima dari orang tuanya. Lori mengalami kesulitan membaca yang sangat parah. Beruntung ia dan saudara kembarnya kemudian mendapatkan orang tua angkat yang sangat baik.

Kedua, Boo, laki-laki kecil keturunan negro, penderita Autis. Selain mengalami kesulitan berbicara Boo suka berputar-putar di kelas sembari melepas pakaian yang dikenakannya selapis demi selapis.

Siswa ketiga ialah Tomaso, siswa super brutal akibat kekerasan kedua orang tua yang sering dilihatnya. Ayahnya meninggal secara mengenaskan di depan matanya. Kematian ayahnya membawa Tomaso berpindah dari satu keluarga ke keluarga lain. (sinopsis buku Mereka Bukan Anakku_Torey Heyden)

Lantas saya menanyakan alasan apa yang membuat wanita berkebangsaan Amerika ini tetap sabar menghadapi bocah-bocah super duper nakal ini. Dengan seulas senyum, sejurus kata meluncur tulus darinya, "Tuhan itu sempurna dan menciptakan hamba-hamba-Nya dengan sempurna. Mereka diciptakan dengan sangat sempurna, hanya saja saya yang belum bisa melihat kesempurnaan itu."

Kata-kata kutipan yang diucapkan oleh Pak Tedy ini benar-benar spesial. Setiap manusia bukan tanpa alasan hadir di dunia. Setiap kita bukan tanpa alasan diciptakan dengan kondisi kita yang sekarang. Setiap dari kita diciptakan dengan kadar kesempurnaan yang sesuai dengan peran kita masing-masing. Seketika sebuah setruman listrik menjalar, menjelma menjadi sederet kata yang menciptakan sebuah sajak monolog dalam otak seperti ini :

Bukan tanpa alasan Tuhan mengirim seorang bayi mungil ke dunia

Bukan tanpa alasan Widodo dan Ina Yuliani dipilih sebagai sepasang malaikat yang akan menuntun jalanku

Bukan tanpa alasan bayi mungil itu dihadiahkan sebuah doa "VIKA"

Bukan tanpa alasan Tuhan menciptakan VIKA sebagai seorang perempuan

Bukan tanpa alasan Tuhan mengirim VIKA sampai di kampus ini...

Bukan tanpa alasan Tuhan mempertemukan VIKA dengan sahabat, saudara, kawan seperti teman-teman sekalian...

(Nb: ganti VIKA dengan nama teman-teman yaJ)

Saya = tak ternilai, spesial, unik. Tak ada satupun manusia yang punya cerita hidup persis sama dengan apa yang kita alami. Masing-masing dari kita adalah satu kepingan puzzle yang akan melengkapi sebuah lukisan kehidupan. Seindah apapun lukisan itu dibuat, jika satu kepingan puzzlenya hilang, tak akan punya nilai seni lagi. Begitupun dengan kehidupan, tanpa kita hadir, tanpa andil peran yang kita jalani, dunia tak akan seindah sekarang.

ME = UNVALUABLE

Sadari bahwa kita luar biasa. J


 

Categories:

Leave a Reply